OPINI  

Kelapa Sawit Penopang Perekonomian Rakyat Bangka Belitung

Penulis : Bela Saputri
Mahasiswi Ekonomi Universitas Bangka Belitung

ERANEWS.CO.ID — Seperti kita ketahui Bangka Belitung dikenal dengan timah yang melimpah, namun sebagian penduduk Bangka Belitung bermata pencaharian sebagai petani, termasuk petani kelapa sawit. Tidak hanya kelapa sawit, tapi juga lada dan karet.

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan utama Indonesia dan sumber devisa terbesar setelah minyak bumi dan gas alam, pada tahun 2018. Indonesia adalah penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia, dengan produksi melebihi 51 juta ton pada tahun 2019 (83% crude palm oil, 17% palm Kernel oil).

Bagaimana perekonomian rakyat Bangka Belitung di industri kelapa sawit? Mengoperasikan industri kelapa sawit di Bangka Belitung sangat menguntungkan para petani dan petani menganggap harganya terbilang cukup tinggi.

Data dari dinas pertanian dan ketahanan Pangan Bangka belitung luas kebun sawit rakyat yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini mencapai 75.734,17 hektar.

Kecuali Kota Pangkalpinang, keberadaan kebun sawit tersebut tersebar pada semua kabupaten dalam wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan jumlah terbanyak berada di Kabupaten Bangka Selatan.

Sejumlah pekerja sedang beristirahat di bawah pohon kelapa sawit.

Di Bumi Junjung Besaoh itu luas kebun kelapa sawit rakyat berjumlah 20.953,50 hektar. Dengan luas kebun rakyat di Bangka Belitung sangat membantu perekonomian, jadi mereka tidak akan kesulitan untuk uang kebutuhan setiap bulannya.

Di perkebunan lada dan karet ekonomi mungkin tidak berkembang seperti sekarang ini. Karena karet merupakan komoditas ekspor unggulan perkebunan kedua setelah kelapa sawit.

Komoditas karet diekspor ke India yang merupakan pasar potensial. Untuk di Bangka Belitung sendiri sepanjang tahun 2018 harga getah karet di bumi serumpun sebalai belum menggembirakan bagi petani. Menurunnya harga karet terjadi hampir di seluruh daerah/provinsi lain di Indonesia.

Hal tersebut disebabkan karena melimpahnya pasokan getah karet sehingga berdampak kepada menurunnya kualitas getah karet. Selain itu, jumlah dan kapasitas pabrik pengolahan yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak mampu menyerap getah karet masyarakat.

Itu yang membuat masyarakat memilih kebun kelapa sawit sendiri. Mereka merasa kebutuhannya terpenuhi dengan memiliki kebun sawit sendiri, meski perkebunannya tidak luas, dikarenakan harga sawit cukup tinggi perekonomian rumah tangga mereka terbantu.

Namun bisa juga, tidak menutup kemungkinan harga kelapa sawit sewaktu-waktu bisa turun seperti halnya timah, lada dan karet.
Pasalnya, harga timah yang tidak stabil kerap turun, dan banyaknya tambang yang membuat kualitas timah melemah.

Harga lada yang terus menurun, mendorong petani lada untuk beralih ke kelapa sawit yang dipanen setiap bulan. Bisa dikatakan perkebunan kelapa sawit sebagai investasi jangka panjang.

Namun, sebagian petani tetap menanam lada karena untuk memenuhi kebutuhan pangan atau untuk menghemat jika harga lada naik seperti semula di masa mendatang. Sama seperti para penambang timah yang terus bekerja meski harga atau kualitas timah turun.
Kesimpulan, industri kelapa sawit memiliki dampak yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi rakyat di Bangka Belitung untuk saat ini dan seterusnya.

Di katakan seperti itu karena kebun kelapa sawit adalah investasi jangka panjang bagi rakyat dalam memenuhi kebutuhan.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.