OPINI  

Representasi Makna Budaya Adat Maras Taun Bagi Masyarakat Belitung

Oleh : Muhammad Iqbal Program Studi Sosiologi Universitas Bangka Belitung

ERANEWS.CO.ID — Maras Taun merupakan salah satu tradisi yang ada di Belitung dan diwariskan secara turun temurun dari zaman nenek moyang. Maras Taun juga tak hanya
sekedar sebuah perayaan semata yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali saja.

Namun didalam perayaan Maras Taun terkandung beberapa nilai-nilai sosial jika ditinjau secara sosiologisnya kemudian tradisi tersebut sangat relevan dengan nilai cita-cita leluhur yang termaktub dalam jiwa Pancasila. Serta banyak pemaknaan dan nilai dalam serangkaian kegiatan perayaan Maras Taun.

Jika dilihat dari sudut pandang sosiologis, maka Maras Taun ini sebagai kebudayaan yang mengontrol kehidupan masyarakat belitung secara keseluruhan dan tak hanya petani, nelayan dan buruh saja. Didalamnya terdapat interaksi yang kuat serta jiwa gotong royong tinggi serta rasa kebersamaan yang patut diapresiasi.

Berdasarkan pemaknaan secara umum Maras taun ini memiliki beberapa fungsi yakni sebagai penambah tingkat spiritual masyarakat, memunculkan solidaritas,
mempererat persatuan, menjaga lingkungan, melestarikan budaya yang ada dan bagaimana cara beretika.

Sangat jelas bahwa Maras Taun merupakan sebuah tradisi upacara adat yang menguatkan spiritual keagamaan masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki tingkat spiritual yang tinggi akan selalu berusaha untuk mengekspresikan pola kehidupan mereka dengan melakukan ungkapan rasa syukur atas karunia Sang Pencipta melalui praktik-praktik keagamaan.

Kemudian praktik sosial tadi diekspresikan melalui bentuk selamatan kampung atas panen padi yang melimpah.Di dalam pelaksanaannya, Maras Taun tak semena-mena diselenggarakan begitu saja, namun sebelum melakukan perayaan harus ada kesepakatan bersama
melalui musyawarah antara lembaga adat dan beberapa tokoh masyarakat.

Dalam perayaan Maras Taun juga, tradisi ini mengajarkan kita bagaimana membahas suatu persoalan secara bersama-sama supaya di dalamnya bisa menemukan cara terbaik
dalam menyelesaikan suatu persoalan termasuk didalamnya membahas mengenai
pembentukan panitia dan anggaran dana.

Sesuai dengan penerapan sila ke 4 yaitu
“kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

Selanjutnya peran dukun sebagai orang yang dituakan dalam perayaan Maras Taun ini mengajarkan kita bagaimana menghormati orang yang lebih tua dan cara berterima kasih dari apa yang beliau berikan kepada kita seperti nasihat serta larangan.

Cara beretika dan norma kesopanan juga diterapkan dalam tradisi Maras Taun, dengan tujuan supaya manusia bertindak sesuai dengan ajaran yang telah ada dan bersikap tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

Tradisi upacara adat Maras Taun mengajarkan bagaimana manusia bertindak dalam mengelola lingkungan yang ada. Terkadang dalam melakukan pemanfaatan sumber daya alam, manusia terkesan lebih egois dan bertindak secara eksploitatif tanpa mempertimbangkan dampak serta kerusakan yang akan terjadi.

Hubungan antara manusia dengan alam tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Di satu sisi
manusia masih membutuhkan sumberdaya alam dan begitupun sebaliknya alam masih memerlukan manusia dalam upaya pengelolaan secara arif dan bijaksana.

Hubungan timbal balik antara manusia dengan alam juga jelas terbukti adanya.Seperti ketika manusia merusak lingkungan dengan cara-cara yang terkesan eksploitatif, maka Alam tidak akan memberikan kita keuntungan lagi dengan hasil kekayaannya dan malah memberikan kita sebuah bencana seperti banjir, tanah longsor dan polusi udara.

Tradisi Maras Taun memberikan kita sebuah konsep baru yakni Humanisme Ekologis, supaya kita bisa bersama-sama menjaga lingkungan yang ada.Fungsi yang lain dari tradisi Maras Taun ialah berusaha untuk menjaga kelestarian budaya melayu Belitung seperti kesenian yang ada disetiap rangkaian
acara upacara adat Maras Taun.

Hal ini dilakukan supaya masyarakat yang belum mengetahui kebudayaanny bisa menyaksikan bersama. Dihadirkan beberapa
pertunjukan seni seperti Beripat Beregong yang merupakan seni adu ketangkasan khas Belitung dengan menggunakan rotan sebagai senjatanya dan dilakukan oleh dua orang pria tanpa menggunakan pengaman yang lengkap.

Dengan adanya pertunjukan tersebut diharapkan untuk masyarakat supaya bisa melestarikan keseniannya lokal dan sebagai daya tarik bagi turis baik secara lokal maupun
mancanegara.Kemudian pula tradisi Maras Taun ini membentuk sebuah tali persaudaraan
yang kuat dan menciptakan rasa solidaritas yang tinggi.

Kemudian memunculkan komunikasi antara satu individu dengan individu lain, atau individu dengan kelompok.Dengan adanya komunikasi yang baik akan semakin mudah untuk masyarakat saling mengenal satu sama lain.

Misalnya, sebelum hari perayaan dilaksanakan maka seluruh masyarakat yang ikut bergabung dalam kepanitiaan harus bekerja secara bersama-sama dan gotong-royong. Dari situ terbentuklah beberapa interaksi yang dilakukan oleh masyarakat yang tergabung.

Secara perlahan-lahan maka interaksi tadi akan memunculkan semangat yang tinggi dan jiwa gotong royong dalam melakukan kegiatan mulai dari pra-acara, puncak acara, dan pasca-acara.

Kemudian mengajarkan manusia untuk saling berbagi dan memberi satu sama lain seperti
melakukan sumbangan untuk pendanaan kegiatan bersama.Tak dipungkiri bahwa tradisi upacara adat Maras Taun merupakan salah satu kearifan lokal yang masih dimiliki masyarakat Belitung dan hingga sampai saat ini tetap dilaksanakan perayaannya setiap satu tahun sekali.

Masyarakat Belitung percaya bahwa kebudayaan asli belitung tidak jauh kalah dengan kebudayaan lain.Perayaan yang diadakan setahun sekali ini justru menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mengunjungi pulau Belitung.

Dengan adanya dukungan dari pemerintah Provinsi Bangka Belitung yang membuat Maras Taun menjadi salah satu destinasi wisata budaya dan bahkan banyak turis baik secara lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk melihat serangkaian acara ini.

Sebab kebudayaan yang ada hingga sampai saat ini merupakan sebuah warisan dari leluhur dan nenek moyang secara turun-temurun. Perbedaan antara budaya satu dengan budaya lainnya menunjukkan bahwa kita sekarang hidup secara majemuk dan senantiasa untuk menghormati budaya lain.

Khususnya Desa Selat Nasik yang sampai saat ini masih menjadi tempat yang sering di kunjungi wisatawan.Maka dari itu penulis ingin lebih mengajak pembaca untuk selalu menjaga kebudayaan kita supaya tidak luntur dari peradaban.

Perbedaan yang khas menunjukkan bahwa kebudayaan kita beragam dan memiliki keunikannya masing-masing yang mana dalam hal ini memberikan kita nilai tambah terhadap budaya kita.

Namun jangan lupa untuk selalu mempertahankan budaya kita supaya tidak hilang akibat adanya modernisasi dan
globalisasi. Terkhususnya generasi muda yang sekarang ini sedang dihadapkan
dengan dua hal tersebut.

Tujuan utama kita adalah tetap selalu mempertahankan budaya kita walaupun seiring perkembangan zaman kita selalu dipaksakan untuk mengikutinya.

Maka dari itu pertahankanlah kebudayaan yang saat ini masih ada, sebab dari adanya budaya tersebut kita bisa menyesuaikan sikap, prilaku serta tindakan sesuai dengan kultur yang ada.

Budaya juga mengajarkan kita bagaimana cara berinteraksi satu sama lain serta membentuk suatu hubungan kekeluargaan, rasa solidaritas dan semangat gotong royong sesuai dengan nilai dasar dari pancasila.

Sesuai dengan pribahasa “dimana bumi diinjak, disitu langit dijunjung”. Dimana ada sebuah kebudayaan, maka kita harus mempertahankannya.

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.