Oleh : Volita Lusianti || 5012111017 || Mahasiswi Jurusan Sosiologi FISIP UBB
ERANEWS.CO.ID — Kajian film tentang budaya patriarki merinci kompleksitas relasi gender yang tercermin dalam karya-karya sinematik. Dalam menganalisis film dengan perspektif ini, fokus pada bagaimana film mencerminkan, memperkuat, atau bahkan menantang norma-norma patriarki yang ada dalam masyarakat.
Film sering kali mencerminkan dan mereproduksi peran-peran gender yang sudah mapan. Melalui karakter, naratif, dan dialog, kajian film patriarki mengidentifikasi representasi perempuan dan laki-laki serta dinamika kekuasaan yang berkaitan. Karakter perempuan mungkin terjebak dalam stereotip atau peran-peran yang terbatas, sementara karakter laki-laki sering kali mendominasi cerita dan pengambilan keputusan.
Pengamatan terhadap dinamika interpersonal dalam film menjadi pusat perhatian. Kajian ini meneliti bagaimana hubungan antara karakter-karakter dalam film mencerminkan ketidaksetaraan gender. Termasuk di dalamnya adalah analisis terhadap kekuatan dan kontrol yang dimiliki oleh karakter laki-laki dan perempuan, serta cara film menggambarkan konflik atau resistensi terhadap norma-norma patriarki.
Selain itu, kajian film patriarki juga memperhatikan penggunaan simbol dan citra dalam karya sinematik. Bagaimana film menggunakan visual, musik, atau elemen audiovisual lainnya untuk memperkuat atau meruntuhkan struktur kekuasaan gender menjadi bagian penting dari analisis ini.
Tidak hanya sebatas mereproduksi norma-norma patriarki, beberapa film juga berfungsi sebagai sarana untuk meresistensi dan meruntuhkan stereotip gender. Karya-karya sinematik tertentu dapat menyoroti ketidaksetaraan, keadilan gender, dan tantangan terhadap patriarki.
Dengan demikian, kajian film tentang budaya patriarki membuka pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana medium ini merefleksikan, merayakan, atau bahkan menentang norma-norma gender yang terjadi dalam masyarakat.
Film “Yuni dalam Melawan Budaya Patriarki” menggambarkan perjalanan seorang perempuan muda bernama Yuni yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah lingkungan yang kuat dipengaruhi oleh budaya patriarki. Cerita ini menyorot perjuangan Yuni dalam mengeksplorasi identitasnya, menantang ekspektasi gender yang mapan, dan mengambil langkah-langkah untuk mengubah norma-norma patriarki yang sudah tertanam dalam masyarakatnya.
Awalnya, Yuni digambarkan sebagai perempuan yang hidup dalam tekanan budaya patriarki, di mana peran dan tanggung jawabnya terbatas oleh norma-norma tradisional. Namun, melalui perjalanan pribadinya, Yuni mulai menyadari bahwa dia memiliki potensi lebih besar dari apa yang diizinkan oleh masyarakat patriarki tempatnya tinggal.
Pertama-tama, Yuni berjuang melawan stereotip gender yang melekat pada dirinya. Dia menantang pandangan-pandangan yang mengurungnya dalam peran-peran tradisional perempuan dan mencari kebebasan untuk mengejar minat dan ambisinya sendiri. Film ini menyoroti momen-momen pencerahan Yuni ketika dia menyadari kekuatannya dan haknya untuk menentukan arah hidupnya sendiri.
Selama perjalanan ini, Yuni tidak sendirian. Dia bertemu dengan karakter-karakter lain yang juga berusaha melawan budaya patriarki, termasuk teman-teman sejawatnya dan tokoh-tokoh perempuan yang menginspirasi. Bersama-sama, mereka membentuk suatu gerakan kecil yang bertujuan untuk merubah pandangan masyarakat terhadap perempuan dan melibatkan laki-laki dalam upaya untuk memerangi ketidaksetaraan gender.
Film ini memaparkan ketegangan dan rintangan yang dihadapi Yuni dalam perjalanannya, termasuk pertentangan dengan norma-norma yang mapan, resistensi dari orang-orang di sekitarnya, dan pencarian jati diri yang kompleks. Namun, melalui ketekunan dan tekadnya, Yuni menginspirasi perubahan dalam masyarakatnya dan memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya perjuangan melawan budaya patriarki untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan setara bagi semua.
Film yuni sangat merepresentasikan perjuangan kaum wanita dalam melawan budaya patriarki. Film yuni juga banyak menyuguhkan pemikiran mengenai pentingnya tidak terbawa arus dalam proses meraih cita-cita. Scene yang memcerminkan perjuangan yuni untuk terus melanjutkan sekolah menjadi reminder bagi kita untuk tetap memperjuangkan hak kita untuk menjadi terpelajar. Lingkungan juga memberikan dampak yang sangat signifikan bagi seseorang untuk tetap teguh dan berproses mencapai cita-citanya sebagai seorang wanita. Lalu juga dalam film yuni mengajarkan untuk meninggalkan praktik pamali yang justru menghambat yuni untuk menggapai cita-cita.
(*)