Setiap organisasi, instansi, lembaga, maupun satuan di Indonesia pastinya memiliki hari besar dan penting yang selalu di peringati setiap tahunnya.
Tentu, hari yang diperingati tersebut memiliki sejarah dan makna sendiri bagi yang memperingatinya. Demikian pula dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Polri memiliki hari besar, penting dan bersejarah bernama Hari Bhayangkara yang diperingati tanggal 1 Juli setiap tahunnya.
Di lansir dari tirto.id, sejarah penamaan Hari Bhayangkara sendiri diambil dari nama pasukan elite yang pernah dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada pada zaman Kerajaan Majapahit di abad ke-14 Masehi. Bhayangkara sebagai istilah yang erat dengan institusi Polri sejak ditetapkannya Penetapan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1946 yang diteken oleh Presiden Sukarno pada masa itu.
Istilah Sebelumnya, kepolisian dinaungi Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara dan hanya bertanggung jawab atas masalah administrasi, sedangkan untuk masalah operasional berada di bawah wewenang jaksa agung. Setelah Penetapan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1946 diterapkan, dikutip dari buku Perkembangan Kepolisian di Indonesia (1952) karya M. Oudang, kepolisian bertanggung jawab langsung kepada perdana menteri terhitung sejak 1 Juli 1946. Maka itu, setiap 1 Juli diperingati sebagai Hari Bhayangkara oleh segenap elemen Polri.
Sebelum zaman Majapahit, istilah Bhayangkara sebenarnya sudah dikenal pada era Kerajaan Singasari, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Kertanegara yang dalam Kitab Negarakertagama disebut bertakhta sejak 1254 hingga 1292 Masehi. Namun, dalam riwayatnya nanti, Bhayangkara justru lekat dengan sosok Gajah Mada. Gajah Mada mengawali kariernya pada 1313 sebagai prajurit, kemudian ditunjuk sebagai bekel atau komandan Bhayangkara, pasukan elite pengawal raja. Di bawah komando Gajah Mada, Bhayangkara semakin kuat dan solid. Ia menanamkan empat prinsip yang disebut Catur Prasetya kepada para personel Bhayangkara.
Dikutip dari Sejarah Kepolisian di Indonesia (1999) buku terbitan Polri, Catur Prasetya kemudian diadaptasi sebagai salah satu Landasan Kerja Kepolisian RI yang diresmikan pada tanggal 4 April 1961.
Bunyi dari Catur Prasetya yang dirumuskan Gajah Mada itu antara lain Satya Haprabu (setia kepada pemimpin negara), Hanyaken Musuh (mengenyahkan musuh-musuh negara), Gineung Pratidina (mempertahankan negara), dan Tan Satrisna (sepenuh hati dalam bertugas).
Namun, dibalik sebuah sejarah besar dan momentum penting Hari Bhayangkara apakah kita sudah paham sepenuhnya jati diri, fungsi dan tugas Polri itu apa ?
Sejatinya, Polri dikedepankan dalam maslahat kepentingan rakyat. Dari pelayanan, keamanan, perlindungan, hingga pengayoman harus dijamin oleh Polri kepada rakyat.
Polri memiliki slogan melindungi dan melayani. Tentu, dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku siapa saja yang berstatus sebagai rakyat Indonesia berhak atas perlindungan dan pelayanan dari Polri.
Secara pribadi saya menyatakan, mungkin didalam tubuh Bhayangkara terdapat nadi dan darah rakyat yang mengalir didalamnya. Sehingga Polri memiliki ruh untuk mengabdi dan berdedikasi semata untuk kepentingan rakyat.
Hari ini pada 1 Juli 2020 seluruh rakyat Indonesia ikut berbangga dan berbahagia atas peringatan Hari Bhayangkara. Terlebih kepada rekan-rekan Polri yang naik pangkat satu tingkat lebih tinggi.
Tak sedikit beranda media sosial dibanjiri dengan akun-akun yang memposting ucapan selamat Hari Bhayangkara. Ucapan tersebut bukan hanya sekedar ucapan kepada saudara, rekan, tetangga, atau sejawat mereka yang berprofesi sebagai Polri. Namun, dibalik sebuah ucapan terdapat sejuta pujian, harapan, dan terima kasih kepada rekan-rekan Polri yang telah mengenyampingkan segala kepentingan dalam mengedepankan kepentingan mereka sebagai rakyat.
Selamat memperingati Hari Ulang Tahun Ke-74 Bhayangkara. Teruslah berkarya, mengabdi, dan berdedikasi kepada bangsa dan negara.
Kami titip nadi dan darah kami di tubuh mu, wahai Bhayangkara Indonesia.
(Penulis : Abie)
