BANGKA, ERANEWS.CO.ID – Dalam kontestasi politik, seperti pilkada, seharusnya fokus pada adu gagasan, visi, dan program yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menjelekkan lawan hanya menciptakan polarisasi dan memperburuk suasana kompetisi. Politik yang sehat adalah yang mendorong diskusi konstruktif, di mana kandidat memaparkan solusi nyata untuk permasalahan publik dan berdebat secara etis.
Menjelekkan lawan sering kali justru mengalihkan perhatian dari masalah substansial, seperti kebijakan dan rencana kerja. Masyarakat juga berhak mendapatkan informasi yang relevan dan objektif tentang kandidat, bukan kampanye negatif yang dapat merusak citra demokrasi.
Lebih baik berkompetisi dengan cara yang bermartabat dan memberikan edukasi politik kepada masyarakat agar mereka bisa memilih berdasarkan kualitas program, bukan dari permainan retorika negatif.
Saat ini menjadi sebuah fenomena baru yang terjadi di negara ini, dalam Pilkada serentak 2024 nanti banyak daerah-daerah yang terdapat pasangan tunggal. Sehingga, hal ini memicu sekelompok orang yang menyatakan bentuk protes.
Bagi masyarakat yang menjelekkan calon tunggal sering kali melakukannya sebagai bentuk kekecewaan atau protes terhadap calon tersebut. Namun, meskipun hak berpendapat dan mengkritik adalah bagian dari demokrasi, penting untuk tetap menjaga etika dan cara penyampaian pendapat. Menjelekkan calon tunggal tanpa dasar yang jelas atau dengan cara yang tidak etis bisa merusak diskursus publik dan menciptakan suasana politik yang negatif.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait hal ini:
1. Kritik yang Konstruktif
Kritik adalah hal yang wajar dalam politik, tetapi sebaiknya disampaikan dengan argumen yang jelas dan berbasis fakta. Fokus pada kebijakan, visi, atau rekam jejak calon, bukan pada serangan pribadi atau fitnah yang tidak berdasar.
2. Menghindari Polarisasi
Menjelekkan calon tunggal dengan cara yang tidak etis bisa memicu polarisasi di masyarakat. Dalam demokrasi, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah, tetapi cara kita menyikapi perbedaan tersebut harus tetap menjaga keharmonisan sosial.
3. Membangun Kesadaran Politik
Jika pemilih merasa kecewa dengan calon tunggal, lebih baik menggunakan momen tersebut untuk membangun kesadaran politik masyarakat tentang pentingnya partisipasi, proses pemilihan yang adil, dan bagaimana memastikan kandidat yang lebih baik di masa depan.
4. Risiko Balik
Menjelekkan calon tunggal secara berlebihan dapat berbalik menjadi kontraproduktif. Bukannya memperkuat posisi kotak (kolom red.) kosong, tindakan tersebut bisa saja membuat simpati kepada calon tunggal semakin meningkat, terutama jika serangan dianggap tidak adil.
Sebagai bagian dari masyarakat yang ingin melihat perubahan atau perbaikan, lebih baik jika kritik diarahkan dengan cara yang cerdas dan berdasarkan pada fakta, agar bisa mendorong proses demokrasi yang lebih sehat dan bermartabat.